Senin, 22 Mei 2023

Juventus Dihukum 10 Poin, Terancam Absen di Eropa Musim Depan

LAMPU4D - Juventus dihukum pengurangan 10 poin di Serie A usai dinilai telah menggelembungkan nilai transfer pemain demi keuntungan modal. Kini mereka tak hanya terlempar dari empat besar, namun juga terancam absen di kompetisi Eropa musim depan.
Hukuman itu dijatuhkan sekitar sebulan usai banding pengembalian 15 poin yang diminta Juventus dikabulkan pengadilan. Namun FIGC kembali mengajukan banding, dan kali ini Bianconeri diputuskan mendapat pengurangan 10 poin.

Hal itu membuat Juventus yang awalnya berada di peringkat kedua dengan 69 poin dari 35 laga turun ke urutan tujuh dengan 59 poin. Kekalahan 1-4 dari Empoli tadi malam membuat poin mereka tak berubah, dan hanya memiliki sisa dua laga di musim ini.

                                             Runtuhnya Mental Juventus

LAMPU4D - Jatuhnya hukuman pengurangan poin sebelum laga lawan Empoli merusak Juventus. Sulit buat Bianconeri untuk bilang tak terdampak.
Juventus mendapatkan kepastian dijatuhi sanksi pengurangan 10 poin, hanya hitungan menit sebelum laga Liga Italia kontra Empoli, Selasa (23/5/2023) dini hari WIB. Hukuman itu melemparkan mereka ke luar empat besar, yang diperburuk dengan kekalahan 1-4.

                         Resmi! Juventus Dihukum Pengurangan 10 Poin 
    

LAMPU4D - Juventus dijatuhi hukuman pengurangan 10 poin, setelah sempat bebas dari hukuman sebelumnya. Pengadilan Banding menjatuhkan sanksi tersebut.
Juventus terjerat kasus penggelembungan nilai transfer untuk meningkatkan keuntungan modal. Sebelumnya mereka sempat dijatuhi sanksi pengurangan 15 poin, namun kemudian dicabut setelah banding ke CONI.

             Jaksa FIGC Minta Juventus Dihukum Pengurangan 11 Poin di Serie A


LAMPU4D - Jaksa FIGC, Giuseppe Chine telah meminta Juventus dihukum pengurangan 11 poin di Serie A, seperti yang diungkapkan dalam sidang terbaru terkait kasus penggelembungan keuntungan modal dan manipulasi nilai transfer.
Rangkuman terbaru dari Football Italia, permintaan itu tertuang dalam sidang proses banding terhadap hukuman 15 poin yang dicabut sementara pada April lalu. Juventus tetap diyakini bersalah karena mencederai asas keadilan, kebenaran, dan kejujuran.

Tak cuma itu, Chine juga meminta tujuh eks direksi Juventus dikenai hukuman larangan beraktivitas di sepak bola selama delapan bulan, termasuk Pavel Nedved yang sebelumnya dinyatakan lepas dari sanksi pada putusan April lalu.

                 Kasus Manuver Gaji Juventus Akan Disidang Bulan Depan 


LAMPU4D - Kasus manuver gaji yang melibatkan Juventus akan segera masuk persidangan. Potensi hukuman untuk Bianconeri di musim ini pun bertambah.
Seperti diketahui, Juventus tak hanya tersangkut kasus penggelembungan modal dan manipulasi transfer, namun juga manuver gaji yang terjadi pada Maret - Juni 2020 silam, melibatkan 21 pemain dan pelatih Bianconeri saat itu, Maurizio Sarri.

Juventus mengumumkan pada publik bahwa akibat pandemi COVID-19, anggota tim akan merelakan gaji selama empat bulan atau setara 90 juta Euro. Hal itu juga tertuang dalam laporan keuangan mereka. Namun fakta di lapangan berbeda.

                         Skandal Juventus dan Reformasi Olahraga di Italia


LAMPU4D - Juventus dililit beberapa skandal di Liga Italia. Menteri Ekonomo dan Keuangan Italia Giancarlo Giorgetti menyerukan adanya reformasi olahraga.
Juventus menghadapi beberapa tuduhan skandal musim ini. Dari mulai manipulasi keuangan hingga masalah gaji pemain saat pandemi melanda.

Imbasnya, Juventus masih terancam hukuman denda dan pengurangan poin di Serie A. UEFA bahkan ikut memantaunya, yang menyebabkan Bianconeri terancam dicoret dari Liga Champions musim depan.

Beberapa waktu lalu, Juventus kemudian dinyatakan lolos dari pengurangan poin usai mengajukan banding. Hal itu yang menjadi sorotan Giorgetti. Ia menilai, harus ada perubahan di olahraga Italia, khususnya soal sistem peradilannya.

"Dalam istilah ekonomi murni, jika Juventus membuat perhitungan yang salah, mengapa saya harus mengambil poin dari mereka? Jika saya beralasan seperti Agenzia delle Entrate atau Guardia di Finanza, saya akan menyita stadion mereka karena mereka adalah satu-satunya tim yang membangun stadion mereka sendiri, saya akan membuat kerugian ekonomi bagi mereka. Seluruh sistem harus dipikirkan kembali sedikit, jika tidak maka akan menjadi berantakan," katanya, dilansir Football-Italia.

"Kami telah memulai perspektif reformasi tentang keadilan olahraga. Kami percaya sistem olahraga dapat mengatur dirinya sendiri, tetapi ini rumit. Jelas bahwa sistem yang dibuat pada tahun 1960-an tidak dapat lagi berfungsi."












Tidak ada komentar:

Posting Komentar